Menyiapkan Pendidikan Anak Usia Dini di Era Informasi

0 22

Dra. DIENNARYATI TJOKROSUPRIHATONO, M.Psi, Psikolog

Era Informasi yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi telematika (perkawinan telekomunikasi dan informasi) yang memudahkan manusia berkomunikasi dan meraup informasi berdampak kuat bagi kehidupan manusia. Informasi yang melimpah, interaksi yang global, dan munculnya peradaban baru berbasis dunia maya, menuntut siapapun yang hidup pada masa itu untuk dapat beradaptasi. Menyiapkan anak-anak Indonesia agar dapat hidup dan meraih sukses dalam era Informasi merupakan tanggung jawab besar pemerintah Indonesia saat ini. Ada sejumlah karakter dan nilai yang perlu ditanamkan melalui pendidikan anak usia dini terkait dengan kehidupan era Informasi ini seperti kreativitas, problem solving, berpikir kritis, tidak takut gagal, memahami keberagaman, dan perbedaan. Namun tak boleh dilupakan, mereka juga harus memegang kuat jati diri bangsanya sebagaimana terkandung dalam Pancasila.

Anak-anak Masa Kini

Gawai telah menjadi bagian hidup anak-anak zaman sekarang. Orang tua masa kini telah membiasakan anak-anak mereka , bahkan sejak usia balita, berinteraksi dengan gawai. Sudah bukan hal asing bila kita mendapati anakanak balita bisa membuka, memilih, dan menikmati tayangan dari aplikasi seperti Youtube atau aneka games (permainan), dan tak sedikit yang sudah
terbiasa mengakses berbagai sosial media seperti Tiktok, Reels, dan Instagram.

Pada satu sisi, praktik seperti ini membuat anak-anak menjadi anteng dan dipakai sebagai alat dan alasan agar mudah untuk menyelesaikan makan mereka. Namun di sisi lain, sudah banyak kasus anak-anak yang akhirnya kecanduan gawai yang berdampak pada gangguan fisik seperti kurang gerak, gangguan mata, hingga gangguan psikologis seperti ketidakstabilan emosi,
depresi, asosial dan sejenisnya.

Meski demikian, kehadiran teknologi (gawai) dalam kehidupan anak-anak kita saat ini tak bisa ditolak. Orang tua mesti bijak dalam memfasilitasi anak-anaknya dalam menggunakan gawai. Ada sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan dalam konteks ini yakni:

a. Anak memerlukan interaksi fisik dan sosial dengan sesamanya dalam membangun kehidupan sosialnya yang sehat. Terlalu banyak menggunakan gawai membuat anak-anak menjadi anti-sosial. Ini perlu disikapi dengan mengatur atau membatasi penggunaan gawai pada anak-anak, maksimum satu jam dalam satu hari, atau selama menyelesaikan tugas pendidikannya kalau belajar dari rumah. Selebihnya anak harus lebih banyak bermain, berinteraksi, punya pengalaman dengan lingkungan, dan belajar mandiri. Mereka harus dilatih untuk tidak menggunakan gawai ketika bertamu atau bertandang, berbincang dengan sesama, atau saat belajar.

b. Berkomunikasi sesering mungkin dengan anak merupakan salah satu cara mengurangi ketergantungan anak terhadap gawai. Perbincangan antara orang tua dan anak akan mengurangi atau mengalihkan perhatian anak dari gawainya. Berbincang dengan orang tua tentang hal-hal baik dan menarik menjadi momen berharga dan membekas dalam ingatan anak. Itu sebabnya,
mendongeng menjadi keterampilan paling mendasar pada orang tua di masa lalu yang masih relevan hingga kini.

c. Anak balita yang perkembangan kemampuan berfikirnya masih sangat konkrit, tidak perlu terburu-buru diajarkan membaca dan menulis karena mereka belum saatnya berpikir hal-hal yang abstrak. Jika ingin anak mengenal berhitung, membaca, dan menulis tidak dengan cara mengajarkan dan mereka harus bisa, tetapi melalui perangsangan berhitung, membaca, menulis yaitu melalui kegiatan yang disukai anak seperti bermain, bercerita dan aktivitas lain yang disukai anak. Dengan demikian, anak-anak balita dalam mengakses konten-konten pada gawai hendaknya lebih kepada halhal yang bersifat bersenang-senang, hal-hal konkrit, tidak langsung ke konten yang abstraktif, dan didampingi orang tua.

“Tak bisa dipungkiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia, anakanak juga perlu memiliki dan menerapkan nilai-nilai baik dari bangsanya. Nilai-nilai dimaksud terkristalisasi dalam way of life atau falsafah hidup bangsa yakni Pancasila” DIENNARYATI TJOKROSUPRIHATONO

Bekal Anak di Era Teknologi Informasi

Agar anak dapat hidup dengan adaptif dalam era teknologi informasi ini, perlu suatu sistem pendidikan yang memampukan karakter mereka tumbuh dan berkembang dengan baik dengan elemen-elemen sebagai berikut:

1. Kreativitas. Kemampuan melahirkan gagasan atau ide-ide baru menjadi sebuah keharusan dalam Era Informasi. Anak yang dibiasakan mengembangkan sisi kreatifnya dan tidak takut untuk mengembangkan imajinasinya akan tumbuh sebagai anak yang memiliki kreativitas tinggi. Era Informasi memang menuntut dan memberi penghargaan kepada mereka yang mampu menciptakan sesuatu, yang bisa diapresiasi atau dimanfaatkan oleh orang lain melalui internet.

2. Problem Solving. Kemampuan yang tidak boleh tertinggal bagi anak-anak yang hidup pada Era Informasi adalah menyelesaikan masalah (problem solving). Dari masa ke masa hidup ini dipenuhi masalah, mereka yang sukses adalah orang-orang yang dapat mengatasi masalah demi masalah yang dijumpainya. Tak terkecuali pada Era Informasi, dunia maya menghadirkan
begitu banyak permasalahan yang khas sekaligus juga menyediakan berbagai jawaban yang diperlukan untuk mengatasi suatu permasalahan tersebut. Kemampuan seseorang memilah dan memilih informasi dari dunia maya untuk menyelesaikan permasalahan menjadi faktor penting bagi kesuksesan hidup mereka.

3. Berpikir Kritis. Hidup dengan sumber informasi berlimpah menuntut seseorang untuk memilih, memilah, serta memanfaatkannya secara efektif. Dalam kerangka ini seseorang perlu dididik sejak dini untuk mampu berpikir kritis, yang memungkinkan mereka melakukan reflektif, memproses informasi yang canggih, mengkaji permasalahan dari berbagai sisi, dan
mengambil keputusan secara logis. Mereka yang berpikir kritis memiliki ciri khusus yakni memiliki sifat ingin tahu, berpikiran terbuka terhadap sisi yang berbeda, berpikir sistematis, analitis, gigih terhadap kebenaran, percaya diri tentang pemikiran kritis itu sendiri, dan bersikap dewasa.

4. Tidak Takut Gagal. Berhasil mewujudkan apa yang menjadi cita-cita atau harapan merupakan hal yang sudah seharusnya dilakukan oleh setiap orang. Namun, tidak setiap harapan atau cita-cita dengan mudah diraih. Tak jarang yang didapat adalah kegagalan demi kegagalan. Ini menuntut kesiapan jiwa sang anak. Bagi mereka yang tidak dilatih untuk menghadapi kegagalan akan
mengalami tekanan psikologis yang berat. Kita dianjurkan untuk menerima dan tetap memberi apresiasi kepada anak yang gagal dalam melakukan sesuatu.

5. Memahami keberagaman dan perbedaan. Realitas hidup yang perlu diajarkan kepada anak-anak sejak dini ialah adanya keberagaman dan perbedaan di sekitar dirinya dan bahwa keberagaman dan perbedaan itu tak harus dihapus atau ditiadakan. Menyesuaikan diri dan menghargai keberagaman dan perbedaan merupakan cara terbaik untuk hidup harmonis. Terlebih ketika mereka tumbuh dewasa dan menjadi warga dunia, kemampuan untuk beradaptasi dengan keberagaman dan mengapresiasi perbedaan menjadi kunci keberhasilan.

6. Memiliki Jati Diri Bangsa. Tak bisa dipungkiri sebagai bagian dari bangsa Indonesia, anak-anak juga perlu memiliki dan menerapkan nilai-nilai baik dari bangsanya. Nilai-nilai dimaksud terkristalisasi dalam way of life atau falsafah hidup bangsa yakni Pancasila. Pendidikan tentang Pancasila menjadi semakin penting ketika mereka hidup di era Informasi, bukan hanya sebagai faktor pengendali dari beragam informasi yang merusak pribadinya namun juga menjadi pembeda yang dihormati dalam pergaulan dunia.

Menyiapkan Anak Kita sebagai Generasi Emas 2045

Anak-anak hari ini adalah generasi produktif ketika Indonesia merayakan kemerdekaannya yang ke-100 pada tahun 2045. Mereka inilah Generasi Emas yang dimaksud dalam berbagai diskursus tentang Bonus Demografi Indonesia. Mempersiapkan mereka secara sungguh-sungguh menjadi tanggung jawab sejarah kita bersama. Jika tidak, alih-alih Indonesia memperoleh bonus
demografi yang didapat sebaliknya Beban Demografi.

Data BPS mengungkap bahwa pada tahun-tahun belakang ini terjadi peningkatan angka kelahiran bayi yang luar biasa. Bayi lahir pada tahun tersebut akan menjadi penduduk berusia produktif pada 2045. Jumlah penduduk yang berusia produktif itu (15-64 tahun) mencapai 70% dari total penduduk Indonesia saat itu. Inilah yang dimaksud bonus demografi, yang jika dikaitkan
dengan ekonomi, merupakan sumber daya yang dapat memacu produktivitas guna meriah keuntungan ekonomi.

Namun sebaliknya, jika tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya justru berdampak buruk menyebabkan meningkatnya kemiskinan, pengangguran, kriminalitas tinggi, dan kesehatan yang buruk. Presiden Joko Widodo ketika meluncurkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045 guna mewujudkan visi “Indonesia Emas 2045” di Djakarta Theater, 15 Juni 2023 menyatakan: “Untuk mencapai Indonesia Emas 2045 dibutuhkan, sangat dibutuhkan, smart execusion. Dan dibutuhkan smart leadership, oleh strong leadership, yang berani dan pandai mencari solusi, dan yang punya nyali.” Dari kutipan tersebut terungkap bahwa agar dapat meraih bonus demografi pada 2045 Indonesia memerlukan generasi yang smart, strong, and gutsy.

Ketiga kapasitas personal dapat muncul pada mereka yang dididik gunamemiliki hal berikut:
1. Kecerdasan yang memampukan dirinya sebagai seorang yang produktif dan
inovatif.
2. Memiliki karakter yang kuat terutama terkait jati dirinya sebagai bangsa
Indonesia.
3. Mampu menghadirkan nilai-nilai positif dalam berinteraksi sosial dimana
pun.
4. Kesehatan fisik dan psikis yang prima.
5. Bersahabat dengan alam dan mencintai lingkungan hidupnya
6. Memiliki semangat juang tinggi dalam mewujudkan keinginan dan harapan.
7. Tak ragu untuk bergaul dan bersaing di tingkat global sekalipun.

Berangkat dari pemahaman itu, pemerintah perlu menciptakan sistem pendidikan anak usia dini yang dapat menumbuhkembangkan elemen-elemen tersebut. Namun demikian, hal yang fundamental dari penyelenggaraan pendidikan anak adalah kegiatannya dilaksanakan di bawah prinsip yang tak lekang oleh zaman yakni belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar.

Leave A Reply

Your email address will not be published.