Dua Dewan Pakar Partai Besar Berjumpa, Ada Apa?

0 47

Pertama kali

Pertama kali dalam sejarah kepartaian Dewan Pakar Nasdem Bertemu Dewan Pakar Gerindra di Nasdem Tower, Jakarta (26/11/2024). Bukan sekadar berjumpa saling bertegur sapa, tetapi lebih dari itu, Kedua “Think Tank” partai penguasa 155 kursi di DPR ini melakukan diskusi menyoal banyak hal, utamanya tentang bagaimana Pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka ini peluang dan tantangan mewujudkan Asta Cita. Ketua Dewan Pakar  Dr.Ir.Burhanudin Abdullah hadir memimpin delegasi Partai Gerindra sementara dari Partai Nasdem dipimpin langsung oleh Ketua Dewan Pakar Peter F. Gontha.

Burhanudin Abdullah bersama delegasi Dewan Pakar Gerindra tiba di Nasdem Tower Jakarta pada pukul 13.45, langsung dibawa Peter F Gontha ke Ruang Teater tempat pertemuan digelar. Turut menyambut Wakil Ketua Umum Saan Mustofa dan Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Hermawi Taslim. Sementara pertemuan yang semula hanya akan dihadiri oleh anggota dewan pakar ternyata dibuka untuk unsur kepartaian lainnya, baik secara langsung atau melalui Zoom. Selain Wakil Ketua Komisi XII Sugeng Suparwoto dan Teguh Juwarno turut hadir pula beberapa unsur pengurus DPP Partai Nasdem.

Pakar Nasdem Menggali Asta Cita

Diskusi dibuka oleh Peter Gontha dengan menyampaikan bahwa meskipun Partai Nasdem berada di luar Kabinet Pemerintahan yang dipimpin Partai Gerindra itu bukan berarti beropisisi, Nasdem tetap menjadi pendukung pemerintahan. Untuk itu, dewan pakar Nasdem ingin memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif tentang kebijakan dan langkah program Pemerintah dimaksud melalui para pakar partai pengusungnya. Sementara, pada sambutannya Saan Mustofa menyambut hangat diskusi dewan pakar kedua partai ini dan berharap gemanya sampai ke Parlemen, karena bagaimana pun representasi dari partai ada di lembaga legislatif.

DIskusi itu sendiri berlangsung serius tapi penuh dengan humor, terutama karena semua hadirin memanggil Profesor kepada Sang Tamu. Burhanudin mencoba berkelit karena merasa dirinya belum resmi memperoleh gelar itu. “Sudah lama orang-orang memanggil saya sebagai profesor,” Awal mulanya pada masa Gus Dur dimana saya saat itu menjadi Menko Perekonomian.  Idrus Marham, politisi dari Partai Golkar, dalam sejumlah rapat dengan kami terkait perumusan undang-undang, kebetulan saya membawa tim saya yang semuanya sudah bergelar profesor. Idrus pukul rata menyebut semua mitra dari pemerintahnya sebagai profesor, termasuk kepada saya.”

Daya Saing Bangsa dan Makan Bergizi Gratis

Burhanudin membuka pemaparannya dengan mengungkap hubungannya dengan Presiden Prabowo Subianto. Ia mengaku sudah berkenalan dengan Prabowo sejak tahun 2011, jauh sebelum dirinya bergabung dengan Partai Gerindra pada 2014. Kala itu, Prabowo mengajaknya bertemu untuk berdiskusi tentang berbagai hal. Pertemuan biasanya berlangsung di restoran di hotel-hotel terkemuka di Jakarta yang berlangsung dari sore hari hingga lewat pukul 12 malam, dan pegawai restoran hanya melihat dari jauh keasyikan berdiskusi tanpa berani mengingatkan bahwa restoran sudah harus tutup.

Dari diskusi yang panjang itulah Burhanudin berkesimpulan bahwa Prabowo adalah figur yang mempersiapkan dirinya untuk jadi presiden jauh-jauh hari. Ia memiliki kegelisahan yang mendalam tentang kehidupan bangsanya dan sangat ingin mengubahnya. Itulah yang kemudian dituangkannya dalam sejumlah buku karyanya seperti Indonesia Menang. Dan ketika ia berhasil meraih kekuasaan itu pada Pemilu 2024 silam pemikirannya diformulasikan ke dalam Asta Cita.

Masih menurut Burhanudin Abdullah, hal yang paling menggelisahkan dari kondisi bangsa indonesia ialah lemahnya daya saing bangsa Indonesia, utamanya generasi muda, dibandingkan dengan bangsa-bangsa di dunia. Terutama bila diproyeksikan beberapa puluh tahun ke depan. Dengan menyebut sejumlah parameter, jika ini dibiarkan keadaan semakin memburuk. Karenanya ia bertekad kelak pada tahun 2045 ketika usia Indonesia merdeka mencapai seratus tahun bangsa ini diisi oleh generasi emas. Dan itu harus dimulai dengan memperbaiki gizi mereka. Disinilah muncul konsep makan siang gratis, yang diimplementasikan sebagai Program Makan Bergizi Gratis.

Perbincangan menghangat ketika paparan Burhanudin Abdullah sampai kepada bagaimana pemerintah harus membiayai program ini. Berbagai skenario dipaparkan oleh Mantan Gubernur Bank Indonesia ini, dari konsolidasi APBN, Danantara, hilirisasi, peningkatan devisa melalui kebijakan ekspor yang progresif, hingga memajaki orang kaya.

Berani Mengambil Langkah Penegakan Hukum

Dalam sesi diskusi para pakar Nasdem berusaha menggali lebih banyak informasi terkait program Asta Cita ini. Satu hal yang menarik, diperoleh kesimpulan bahwa semua permasalahan yang membelit bangsa ini bermuara kepada penegakan hukum. Ketika hal itu ditanyakan, apakah pemerintahan Prabowo berani melakukan penegakan hukum tanpa pandangbulu, Burhanudin menjawab optimis: “Sepemahaman saya berinteraksi dengan beliau, Pak Prabowo adalah pemimpin yang berani untuk melakukan itu.”

Diskusi berakhir pada pk 16.00 dan sebelum meninggalkan Nasdem Tower, Burhanudin diajak Peter Gontha berkeliling ke museum partai yang berada di satu lantai khusus. Museum diisi oleh patung para tokoh pahlawan bangsa yang mengingatkan bahwa negeri ini ada karena pengorbanan mereka. Dalam sesi minum kopi di kafe Orator bersama seluruhpara anggota dewan pakar dicapai kesepakatan untuk menindaklanjuti acara ini dengan pertemuan berikutnya yang dilakukan secara berkala dan melibatkan lebih banyak lagi anggota dewan pakar dari kedua belah pihak. ***

Leave A Reply

Your email address will not be published.