Tugas Kita dalam Mewujudkan Restorasi Indonesia
Restorasi Indonesia merupakan agenda besar yang ditawarkan kepada bangsa Indonesia, dan karena itu menjadi garis perjuangan Partai NasDem, dalam menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara. Restorasi menekankan kepada perubahan mental dan moral bangsa untuk menjadi kuat, produktif, dan bermental juara serta secara struktural mengembalikan kepada tatanan
kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945. Tugas kita sebagai kader Partai NasDem dalam mewujudkan restorasi Indonesia ialah memastikan gerakan perubahan tersebut benar-benar dapat membangun sistem politik yang menjunjung tinggi etika dan solidaritas, menggerakkan ekonomi yang partisipatif, serta menumbuhkembangkan budaya gotong royong. Itu hanya optimal diwujudkan bila tampil pucuk pimpinan nasional dari Partai NasDem.
Restorasi – Antara Perubahan dan Pengembalian
Pemilu demokratis yang telah berlangsung di Era Reformasi menunjukkan kepada kita jalan yang tepat guna meningkatkan kesejahteraan rakyat sekaligus meningkatkan sumber daya manusia yang kemudian nanti tidak bergantung kepada sumber daya alam. Oleh karena itu, Pemilu ini tidak boleh berhenti. Tentunya dalam setiap Pemilu harus ada perbaikan-perbaikan, dan saya hanya ingin melihat sisi positifnya karena kekurangan -kekurangan sudah pasti ada.
Pemilu yang berlangsung pada tahun 2024 adalah pesta demokrasi yang teraman. Betapa tidak, dalam prosesnya tidak terjadi keributan atau benturan di masyarakat karena beda pilihan. Mengenai kaum elit yang berbicara hal-hal lain itu juga bagus bagi tumbuh dan berkembangnya iklim demokrasi yang sehat. Ini akan memperbarui sekaligus mengembalikan demokrasi kita yang berpedoman
kepada Pancasila. Menurut saya itulah restorasi sebagaimana dicita-citakan oleh Partai NasDem.
“Dengan masyarakat yang kuat secara mental dan moral tidak akan mudah disuap, tidak mau jual beli suara, dan insyaallah memilih pemimpin yang amanah. Selama mental dan moral masyarakatnya tidak kuat akan dengan mudah “dimainkan” oleh mereka yang punya uang dan kekuasaan” – Hayono Isman
Restorasi, sebagaimana dicanangkan oleh Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, merupakan suatu langkah atau komitmen yang berani dan bertanggung jawab dalam melakukan perubahan dalam pelaksanaan demokrasi kita yang berpedoman kepada Pancasila sekaligus pengembalian kepada hal-hal positif di masa lalu utamanya semangat bangsa dan nilai-nilai kejuangan sejak masa
penjajahan hingga masa kemerdekaan yang harus dijaga dan dipelihara sampai kapan pun. Ini yang membuat saya tertarik untuk bergabung ke dalam Partai NasDem karena keberaniannya untuk tidak hanya asal berubah tetapi ada semangat pengembalian. Kalau hanya asal berubah tanpa fondasi ideologi yang kuat maka perubahan itu akan hancur. Restorasi adalah sebuah gerakan yang
tepat bagi bangsa ini, karena gerakan ini mengutamakan perubahan sekaligus pengembalian kepada nilai-nilai luhur bangsa yang kalau tidak hati-hati dijaga akan tergerus oleh tuntutan kemajuan.
Demokrasi yang ada pada hari ini lahir karena gagalnya Orde Baru. Namun kita bersyukur, baik Era Orde Baru maupun Era Reformasi tidak memiliki perbedaan secara ideologis dan filosofis, yakni tetap berlandaskan pada Pancasila. ini yang menyelamatkan bangsa kita masih utuh hingga saat ini. Kita masih ingat bagaimana Presiden Habibie pada masa awal Reformasi mempertahankan
negeri ini dengan biaya yang sangat mahal yakni melepaskan Timor-Timur (Timtim). Kalau kita ngotot mempertahankan Tim-Tim maka Indonesia akan “dikerjain” habis-habisan oleh dunia internasional pada saat situasi politik sedang rentan.
Awalnya saya tidak setuju, namun setelah saya dalami, saya hormat dengan keputusan yang diambil Habibie. Itu harga mahal yang harus dibayar guna mempertahankan NKRI. Jadi, empertahankan NKRI itu sangat mahal. Agar tidak mahal maka demokrasi yang kita sepakati sebagai amanah reformasi harus sukses, kalau tidak akan mahal biayanya. Kemarin Timtim lepas, mau mana lagi yang harus lepas?
Sistem politik era Orde Baru sudah gagal indikatornya jelas yakni Presiden Soeharto berhenti dari jabatannya secara terpaksa. Sekarang kita menggunakan sistem demokrasi yang musyawarah mufakat melalui pemilihan langsung. Saya terkejut jika Pak Amien Rais menyatakan ingin mengembalikan ke sistem demokrasi musyawarah mufakat. Apa salahnya dengan sistem Pemilu
yang sekarang, yang kita tahu dilahirkan sebagai buah dari musyawarah dan mufakat para wakil rakyat pada pemilu awal reformasi. Lain halnya kalau pemilu dilahirkan tidak dari musyawarah dan mufakat tapi secara otoriter. Mengapa kita harus kembali memilih sistem pemilihan presiden di masa lalu yang gagal? Sementara kita sekarang mendapati bahwa dengan sistem pemilihan presiden
secara langsung sudah empat presiden dihasilkan dan mereka tidak diturunkan di tengah perjalanan. Saya berharap bisa berdialog dengan para pakar tentang hal ini.
Dimensi Moral Restorasi
Dalam Buku Putih Restorasi Indonesia, Restorasi kita mengandung dua dimensi yakni Dimensi Moral dan Dimensi Struktural. Pada Dimensi Moral, restorasi berjuang mengubah sikap mental dan moral. Dalam hal ini yang dituju oleh Partai NasDem adalah mengubah sikap mental dan moral masyarakat. Restorasi Indonesia ingin memperkuat masyarakat. Dengan masyarakat yang
kuat secara mental dan moral tidak akan mudah disuap, tidak mau jual beli suara, dan insyaallah memilih pemimpin yang amanah. Selama mental dan moral masyarakatnya tidak kuat akan dengan mudah “dimainkan” oleh mereka yang punya uang dan kekuasaan.
Salah satu implementasi dari restorasi Indonesia dibidang mental dan moral ini dilaksanakannya ABN (Akademi Bela Negara) yang dijalankan oleh Pak IGK Manila beberapa waktu terakhir ini. Program yang menyasar kepada anak-anak muda ini diharapkan dalam waktu mendatang akan melahirkan kader-kader partai yang secara mental dan moral lebih kuat dari generasi sebelumnya.
Demikian pula edukasi politik yang dipromosikan oleh Partai NasDem berupa Politik Tanpa Mahar. Ini merupakan restorasi dalam mengubah mental dan moral masyarakat dalam berpolitik. Sudah semestinya hal ini terus dipertahankan. Tidak boleh berhenti, sebab bisa kumat lagi penyakit mentalnya. Kalau kita perhatikan seorang caleg dari partai manapun kalau ia sudah dikenal
dan disukai oleh rakyat setempat maka ia tidak akan dapat dikalahkan. Begitu sebaliknya, dia akan dimainkan oleh masyarakatnya: “Saya nggak kenal kamu, belum jelas kiprahnya.” Jika pun mereka kemudian memberikan uang, belum tentu rakyat memilihnya. Dengan kata lain, partai politik harus benar-benar menyaring dan memilih caleg yang dikenal dan dekat dengan rakyatnya. Apalagi Partai NasDem tidak mengutamakan kemampuan finansial calegnya, sebagai gantinya lebih mengutamakan kedekatan dengan rakyatnya.
Amanat Restorasi – Produktif dan Bermental Juara
Partai Politik sudah diberi kesempatan untuk menyeleksi calon-calon pemimpin politik yang nanti memerintah bangsa ini. Partai NasDem sudah merintis pendidikan politik bagi generasi muda yang dilakukan melalui ABN sebagai bentuk sistem kaderisasi. Hasilnya bersifat jangka panjang, belum bisa dilihat dan dirasakan pada saat ini. Namun demikian saya optimis apa yang dilakukan oleh Partai NasDem dengan ABN merupakan salah satu bentuk nyata dari Restorasi Indonesia dalam dimensi moral sebagaimana dimaksudkan di atas.
Diharapkan para lulusan ABN bisa tampil sebagai para calon pemimpin negeri yang produktif dan kompetitif. Untuk itu mereka dipersiapkan dalam dua aspek yakni kebugaran dan mental juara. Kita punya contoh masyarakat Jepang yang sudah melewati bonus demografinya dan lebih banyak telah mencapai usia lanjut namun karena kebugaran fisiknya prima maka mereka memiliki
produktivitas tinggi. Mereka yang bugar mampu bekerja 6 jam ditambah 4 jam dan tak gampang sakit.
Saat ini bangsa Indonesia memiliki pemimpin nasional yang menjadi teladan dari orang yang bugar dan bermental juara. Joko Widodo dikenal sebagai pemimpin nasional yang memiliki kebugaran yang luar biasa. Ia jarang sakit, tidak ada capeknya dalam bekerja. Sementara yang bermental juara adalah Prabowo Subianto. Hanya orang bermental juara yang mampu bangkit dan
bangkit lagi untuk akhirnya tampil menjadi pemenang dalam pemilu yang diikutinya berkali-kali.
Dalam Restorasi Indonesia perubahan itu penting tapi berkelanjutan juga penting. Program-program yang strategis, bermanfaat bagi masyarakat, yang memperkuat SDM Bangsa hendaklah tidak diubah dengan berganti-gantinya presiden apalagi dibumihanguskan. Kalau itu dilakukan maka kita akan memulai dari nol lagi. Jadi apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah saat ini seperti
pembangunan infrastruktur dan hilirisasi industri yang sudah baik hendaknya tidak diubah. Dalam menjalankan Restorasi Indonesia kita harus berani mengakhiri praktik ganti pemerintah berganti pula program pembangunannya. Memastikan keberlanjutan program-program pembangunan yang baik bagi masyarakat, memperbaiki yang kurang baik, dan membuang jauh-jauh yang tidak baik.
Ini menjadi alasan mengapa kita menaruh suatu tekad pada suatu ketika ada presiden yang berasal dari Partai NasDem. Sehingga kita punya kewenangan yang optimal untuk menjalankan restorasi Indonesia. Itulah amanat restorasi kita.