Saatnya Presiden Proklamirkan Industri Nuklir

0 45

Penulis: Kurtubi

Anggota Dewan Pakar Partai NasDem

 

Pernyataan Hasyim Djojohadikusumo tentang pembangunan Energi Baru Dan Terbarukan ( EBT ) menarik perhatian publik. karena kapasitasnya sebagai adik Presiden Prabowo Subianto sekaligus utusan khusus presiden bidang energi dan lingkungan hidup.

Pernyataan Hasyim telah membawa angin egar bagi masa depan energi bersih ramah lingkungan bebas emisi karbon CO2, pollutants dan debu. Kita ketahui bahwa DPR RI selama bertahun-tahun membahas Rancangan UU EBT yang hingga hari ini belum juga terwujud.

Lebih Khusus energi nuklir yg termasuk energi Baru, sudah dicita-citakan untuk dibangun di Indonesia oleh Presiden Soekarno pada  1950 an ketika diundang oleh pemerintah Uni Sovyet menghadiri peresmian PLTN di pinggir kota Moscow . Kemudian pemerintah menyiapkan sumber daya manusia (SDM) nya dengan membuka studi nuklir di ITB Dan UGM. Tahun 1958 BATAN ( Badan Tenaga Atom Nasional) dibentuk, diikuti dengan membangun reaktor listrik nuklir experiment di Serpong (Tangerang), Bandung, dan Yogyakarta.

Kemudian Batan dibubarkan dan digabung ke BRIN. Saat ini. tidak satu pun Pembangkit LIstrik Tenaga Nuklir (PLTN) komersial yang listriknya dimanfaatkan oleh rakyat dan dunia usaha belum juga dibangun. Padahal DPR RI periode 2014 – 2019 bersama pemerintah yang diwakili oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar sudah meratifikasi Paris Agreement on Climate Change menjadi UU Nomor 16/2016.

Saat ini teknologi PLTN terus berkembang menjadi lebih aman, biaya Produksi listriknya (LCOE) menjadi lebih murah, sangat kompetitif dengan listrik Dari PLTU Batubara. Listrik dari PLTN bersifat Non-intermitten bisa nyala non stop 24 jam tanpa membutuhkan energy storage yang mahal seperti energi surya, energi angin, hidro dll sehingga listrik Dari PLTN bisa menopang Industrialisasi dan hilirisasi tambang mineral menjadi lebih effsien.

Mulai dari kegiatan penambangan di hulu, diikuti dengan kegiatan smelter yang mengolah hasil tambang yang bekerja non stop 24 jam hingga kegiatan pabrik/ industri hilir yang mengolah output smelter menjadi produk final siap pakai dan siap di ekspor yang juga beroperasi non stop 24 jam.

Selain secara geologis, negara kita dikaruniai sumber daya alam bahan bakar energi nuklir berupa uranium dan thorium.
Hampir semua dari sekitar 50 Negara yang tergolong negara industri maju,saat ini sudah memanfaatkan listrik Dari PLTN.

Sehingga sangat tepat apabila Presiden Prabowo Subianto memproklamirkan lahirnya industri nuklir terintegrasi hulu hilir di Tanah Air. Dengan memanfaatkan dan menyempurnakan lembaga nuklir negara yang sudah ada seperti  Badan Pengawas Tenaga Nuklir agar proses investasi PLTN bersifat investor friendly, tidak dipersulit. Industri nuklir akan menciptakan banyak lapangan kerja baru dari berbagai disiplin ilmu. Indonesia menjadi negara industri maju semakin cerah dan optimistis tercapai.

Kalau tidak segera melahirkan industri nuklir di Tanah Air, kita semakin tertinggal jauh dari Tiongkok. Padahal pada 1980 ketika sektor migas menjadi sumber utama penerimaan APBN dan penerimaan devisa hasil export, ekonomi indonesia lebih baik dari ekonomi Tiongkok.

Bahkan sekarang Tiongkok akan melangkah lebih jauh lagi. Tiongkok berencana untuk menggunakan energi nuklir berbasis thorium sebagai bahan bakar untuk transportasi kapal laut niaga  menggantikan bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini menjadi energi penggerak semua kapal laut sipil di seluruh dunia dan juga di Indonesia.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, kita dukung penggunaan energi nuklir berbasis thorium untuk angkutan laut sipil sipil kita  ke depan sehingga cita-cita untuk menjadi negara industri maju berpendapatan tinggi semakin optimistis dan bersinar serta rasional, bukan mimpi kosong.

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.